Total Pageviews

Candi Belahan

| 0 Comments

Petirtan Belahan



Petirtaan Belahan, juga dikenal dengan sebutan Candi Belahan, merupakan sebuah Petirtaan (pemandian) yang terletak di lereng Gunung Penanggungan. Tepatnya berlokasi di Desa Belahan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Petirtaan ini sering disebut oleh penduduk sekitar dengan sebutan Candi Tetek, karena adanya pancuran air yang disalurkan lewat payudara dari salah satu arca. Kekhasan itulah yang membuat kami tertarik, untuk menyambangi sekaligus mengangkat nilai lebih Candi Tetek sebagai sebuah situs sejarah budaya yang menarik untuk dikunjungi.
Akses menuju lokasi, bisa melalui tiga jalur, lewat jalur Watukosek, lewat Raya Gempol-Apollo, atau juga lewat jalur pandaan. Akses paling recommended adalah melalui jalan raya Gempol-Pandaan, dari pertigaan Pom Bensin Pelem , menuju ke arah barat dan berjarak kurang lebih berjarak 10 km dari jalan utama. Perjalanan kurang lebih 30 menit, menyusuri perkampungan penduduk, diselingi dengan hamparan bukit dan persawahan di jalur aspal yang tidak begitu bagus, membuat perjalanan kami kali ini seolah petualangan sebuah tim arkeolog kawakan, yang sedang memburu sebuah situs sejarah yang lama tak terjamah.
Setibanya di lokasi, hamparan pohon-pohon tinggi menjulang, dan mendung yang sedikit gelap menyapa kami. Jujur, ada rasa sedikit kecewa menyaksikan sosok Candi Tetek yang legendaris itu, ternyata kondisinya tidak terawat baik seperti yang kami bayangkan. Berbahan dari batu bata dan andesit, dengan permukaan yang sebagian sudah ditumbuhi lumut.
Petirtaan Belahan merupakan sebuah pemandian berbentuk kolam persegi empat yang mendapat pasokan air dari sebuah sungai kecil. Dinding sebelah barat belakang mengepras lereng gunung penanggungan dengan bentuk relung-relung yang dahulunya berisi arca perwujudan Airlangga sebagai dewa Wishnu. Dengan ukuran panjang 6,14 m dan lebar 6,14 m.
Diperkirakan dibangun pada masa Raja Airlangga. Serta dipercaya pula sebagai tempat pemakaman beliau, hal ini dibuktikan dengan keberadaan candrasengkala yang terpahat pada sebongkah batu besar, berangka tahun 1049 masehi.
Cukup lama kami meluangkan waktu berteduh dibawah pendopo sederhana dalam kompleks candi seluas kurang lebih 120 meter persegi itu. Menyaksikan aktifitas penduduk sekitar yang memanfaatkan petirtaan candi sebagai sarana kebutuhan air bersih. Mulai mencuci, mandi, sekedar membasuh muka, atau bahkan mengambil langsung air dari pancuran untuk kebutuhan air minum.
Walau sekarang candi Sumber Tetek mungkin sudah tak sebagus, atau sesakral pada masanya dulu. Namun setidaknya, eksistensinya masih bisa memberikan manfaat bagi penduduk sekitar. Dan menjadi sebuah tanda keberadaan sebuah sejarah pada eranya. by Pastic

Followers

flag counter

free counters